Cegah Kekerasan Seksual, OBI Adakan Seminar Pencegahan Pornografi

  • 2017-08-04
  • Author : Monica Arti Wijaya
  • Views : 2019
foto : obi

Menurut data pencarian Similarweb diketahui bahwa Indonesia menjadi negara pengakses konten pornografi tertinggi ke-2 melalui ponsel dengan durasi menonton rata-rata 3 menit 36 detik. Data tersebut menunjukan bahwa Indonesia menjadi negara yang gemar mengkonsumsi konten porno terlepas dari kekurangan dan pemblokiran yang dilakukan pemerintah terkait dengan konten-konten tersebut.

 

Yayasan Obor Berkat Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dian Mandiri pada 4 Agustus 2017 mengadakan seminar pencegahan pornografi di Gedung Dharmais, Bogor. Seminar ini merupakan bagian dari kampanye “Stop Pornografi” yang hingga saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah.

 

Seminar ini mendapat sambutan yang cukup antusias dari seluruh peserta. Total peserta berjumlah 184 orang dengan 2 sesi seminar yang dilakukan selama 120 menit. Pada sesi pertama para peserta diberi edukasi seputar dampak-dampak pornografi serta penanganannya.

 

Pornografi pada tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menjadi hobi yang sangat berbahaya jika tidak ditangani. Terdapat empat tahapan perkembangan kecanduan seksual dikalangan konsumen pornografi. Pertama yaitu adiksi atau kecanduan setelah menyelesaikan aktivitas menikmati pornografi. Kedua, sekalasi yaitu peningkatan kualitas ketagihan menjadi semakin menyimpang seperti hubungan seks dengan kekerasan hingga hubungan seksual pada hewan dan mayat.

 

Ketiga, desentisasi yaitu menipisnya sensitifitas dan pecandu kian kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno karena dianggap sebagai hal yang biasa. Ketiga, yaitu acting out yang berakibat pada dorongan untuk mempraktikan apa yang selama ini mereka lihat melalui konten-konten pornografi tersebut.

 

Selanjutnya para peserta juga diberikan pemahaman tentang penanganan pornografi secara langsung melalui komunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami kecanduan pornografi. Edukasi pencegahan dan penanganan pornografi yang terjadi pada pasangan dan anak dapat dilakukan dengan cara mengenali diri, pasangan dan anak dengan baik.

 

Dampak pornografi pada anak-anak dibawah umur memang semakin rumit, sebab pornografer dapat mengaktifkan jaringan seks terlalu dini. Hormon tersebut adalah hormon yang seharusnya aktif pada saat hubungan seks pada pasangan yang telah menikah, seperti hormon dopamine, norephineprine, testosteron, oxytocin, vasopressin dan serotonine.

 

Peran Keluarga Mencegah Pornografi

Memperkuat fungsi ketahanan keluarga sangat penting dalam pencegahan pornografi. Relasi dalam kebersamaan antar anggota keluarga dapat dilakukan melalui pola asuh, kemampuan keluarga dalam menerjemahkan ajaran agama, budaya dan etika perilaku keseharian setiap anggota.

 

Tentang penggunaan internet, orangtua juga perlu mengawasi anak-anak terkait ancaman pornografi melalui internet. Akses pornografi melalui internet yang cukup banyak memang seringkali membuat anak-anak mudah terkena dampaknya. Orangtua perlu membatasi dan memberikan penjelasan pada anak-anak setiap melakukan akses internet supaya mereka dapat memahami perbedaan konten negatif dan positif.

Share this article :
https://www.oborberkat.com/patner/donation.html