Transformasi Karakter Seorang Anak 11 Tahun di PKBM OBI
- 2023-07-13
- Author : Anastasia Aprita Lusi Ekanaru
- Views : 319

Gurunya menjelaskan bahwa memberi dengan ikhlas adalah tindakan mulia dan membawa kebahagiaan yang lebih besar.
Afifah, seorang siswi berusia 11 tahun, merupakan pindahan dari salah satu sekolah negeri di Jakarta Timur. Alasan kepindahannya adalah karena ibunya mendapat pekerjaan di Kelapa Gading. Afifah tinggal bersama orang tua dan seorang abang. Ayahnya bekerja sebagai supir, sedangkan ibunya bekerja di bagian kargo barang-barang impor. Afifah saat ini bersekolah di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) OBI Tanah Merah, Jakarta Utara, dan duduk di kelas tiga Paket A (setara SD). Ia adalah anak yang ceria, tetapi ada masalah yang mengganggu hubungannya dengan teman-temannya. Afifah tidak pernah benar-benar ikhlas dalam berbagi dengan teman-temannya.
Ketika gurunya mengetahui masalah ini, mereka merasa prihatin dan ingin membantu Afifah mengatasi masalahnya. Mereka memanggil Afifah untuk berbicara dengan penuh perhatian. Gurunya menanyakan mengapa Afifah tidak pernah ikhlas dalam berbagi dan apa yang membuatnya sulit melakukannya tanpa mengharapkan imbalan.
Afifah merasa terbuka dan mulai menceritakan kekhawatirannya. Dia mengungkapkan bahwa ia sering merasa takut kehilangan apa yang dimilikinya jika memberikannya dengan ikhlas. Ia merasa lebih aman jika ada imbalan atau penghargaan sebagai imbalan atas tindakannya. Namun, ia juga merasa bersalah dan ingin berubah.
Gurunya menjelaskan bahwa memberi dengan ikhlas adalah tindakan mulia dan membawa kebahagiaan yang lebih besar. Gurunya memberikan contoh-contoh tentang bagaimana memberi tanpa mengharapkan balasan dapat mempererat hubungan persahabatan dan menciptakan ketulusan.
Selanjutnya, Afifah diajak untuk mempraktikkan nilai-nilai kebaikan dan belas kasih dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun pada awalnya ia merasa canggung dan khawatir, Afifah mulai merasakan kehangatan dan menemukan kebahagiaan dalam tindakan-tindakan kecilnya.
Beberapa waktu kemudian, Afifah melihat perubahan dalam hubungannya dengan Yohwan, salah satu temannya. Hubungan mereka kembali membaik. Afifah berani meminta maaf kepada Yohwan atas kata-katanya yang menyakitkan, dan Yohwan pun menerima permintaan maaf itu dengan tulus.
Afifah belajar bahwa memberi dengan ikhlas adalah bentuk kasih sayang dan kebaikan yang tulus. Ia menyadari bahwa memberi bukan hanya tentang materi atau hadiah, tetapi juga tentang kehadiran, dukungan, dan perhatian yang diberikan dengan tulus serta kemampuan untuk memaafkan.
Hal ini membuat Afifah merasa bahagia dan menguatkan ikatan persahabatan dengan teman-temannya. Ia menemukan bahwa dengan memberi dengan ikhlas, ia bisa menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih akrab dengan orang-orang sekitarnya.