Seandainya Waktu Dapat Diputar
- 2013-11-16
- Author : Alekcander Sigalingging
- Views : 2743

Debora, seorang gadis menunggu keberangkatannya di ruang tunggu sebuah stasiun yang super sibuk.
Karena harus menunggu berjam-jam, dia memutuskan membeli sebuah buku untuk menghabiskan waktunya. Dia juga membeli sebungkus kue. Dia duduk di kursi bersandaran tangan, di ruang VIP stasiun, untuk istirahat dan membaca dengan tenang. Di sisi sandaran tangan di mana kue terletak, seorang laki-laki duduk di kursi sebelah, membuka majalah dan mulai membaca.
Ketika ia mengambil kue pertama, laki-laki itu juga turut mengambil. Debora merasa gemas tapi tidak berkata apa-apa. Dia hanya berpikir:“Lancang benar! Bila saya nggak sabaran sudah kugebuk dia untuk kenekatannya!”
Untuk setiap kue yang Debora ambil, laki-laki itu turut mengambil satu. Ini sangatlah membuatnya marah namun si gadis berkacamata itu tak ingin sampai timbul kegaduhan di ruang itu. Ketika tinggal satu kue yang tersisa Debora mulai berpikir:“Aha…bakal ngapain sekarang orang yang nggak sopan ini?”
Lalu, laki-laki itu mengambil kue yang tersisa, membaginya dua, lalu memberikan yang separuh padanya.Benar-benar keterlaluan! Debora benar-benar marah besar sekarang! Dalam kemarahannya, dia mengakhiri bukunya, dikemasnya barangnya lalu bergegas menuju kereta esekutif yang menjadi pilihannya.
Ketika sudah duduk di dalam kereta esksekutif, Debora merogoh tasnya untuk mengambil kacamata, dan dia sontak terkejut.Sebungkus kuenya masih ada di dalam tas, tak tersentuh, tak terbuka! Dia merasa sangat malu! Dia sadar telah keliru. Debora lupa kalau kuenya masih tersimpan di dalam tas.Laki-laki tadi telah berbagi kue dengannya, tanpa merasa marah atau sengit, ketika Deborasangat marah kepadanya, berpikir bahwa ia telah berbagi kue dengan laki-laki itu. Dan kini tidak ada lagi kesempatan untuk menerangkan kelalaiannya juga untuk meminta maaf, karena waktu tidak dapat diputar.